Selasa, 18 November 2008

Seputar Kelahiran Partai Intelektual Muslim


Oleh : Nabil Ahmad Fauzi (Ka.DPP PIM 2006-2007)


Sejarah kelahiran Partai Intelektual Muslim (PIM) memang belum terbukukan sampai saat ini. Tetapi setidaknya, sejarah ini masih dapat terselamatkan sebagaimana versi sejarah yang sering disampaikan oleh para founding father’s PIM dalam berbagai kesempatan, hal tersebut cukup memberikan gambaran, setidaknya secara minimal kelahiran partai ini. Namun demikian, salah satu factor yang mampu mempengaruhi tingkat loyalitas dan semangat perjuangan para personel partai adalah sejauh mana pengetahuan dan pemahaman terkait dengan sejarah dan makna kelahiran partai. Keterpusatan terhadap sejarah organisasi, dalam batas tertentu, dapat menciptakan krisis sense of belonging para pengurus dan kader partai.


Berdasarkan versi founding father’s serta beberapa literature internal partai, sejarah kelahiran PIM bermula dari pembicaraan santai para aktivis masjid IAIN (LDK angkatan 1999) yang sedang melakukan kerja bakti membersihkan mesjid Al Jamiah. Kebetulan konteks aat itu student government (SG) IAIN Jakarta sedang hangat-hangatnya. Bahkan mealui perubahan AD-ART KBM IAIN saat itu yang memberlakukan system kepartaian, telah muncul partai-partai politik yang disokong oleh berbagai element mahassiwa.
Dalam pembicaraan santai tersebut, munculah ide dan gagasan untuk membentuk partai kampus yang bernama partai Inteletual muslim (PIM), akhirnya nama PIM mendapat respon paling positif, sekalipun belum menjadi kesepakatan. Oleh karena usuislan membenmtuk partai kampous itupun masih debatable. Banyak pertimbangan yang harus diambil sbelum memutuskan pendirian PIM. Munciul pro dan kontra terkait hal ini. Berbagai suara optimis mauopun yang pesimistis muncul. Suara-suara pesimis berpijak pada pertimbangan masih minimnya SDM Kader, kekhawatiran terpecahnya konsentrasi kader sehingga kahawati terbengkalainya LDK dan kekhawatiran terpolitissasinya LDK. Kubu optimis merasa partai kamous merupakan sarana dan upaya melebarkan sayap dakwah di kampus yang sangat menjanjikan. Disampinng itu, keberadaan partai dalam dakwah kamopus merupakan implementasi riil dari syummuliyaul IslamI itu sendiri. Selain sebagain sarana pembelajaran politik bagi kader.


Dengan dimotori para kader (yang sebagian masih semester 2 saat itu) seperti Tresno Yudho Prabowo, M Iqbal, Abdul Aziz (ketua KAMMI UIN pertama), Ida Cholida dan lainnya, wacan pembentukkan partai kampus semakin menguat. Setelah melalui berbagai proses, tahapan dan pertimbangan oleh para pemegang kebijakan dakwah kampus sat itu . maka, dengan Bismillah pada tanggal 15 Maret 2000 dideklarasikanlah PIM sebagai bagian dari dakwah kamopus serta bagian dari kehidupan politik mahasiswa IAIN sanmpai dengan ssaat ini. Sejak awal partai toga (julukan PIM , karena lambang partainya) mengusung politik yang bermoral sebagai visi politiknya. Tidak heran sejak kemunculannya PIM telah menarik perhatian luas mahasiswa dengan berbagai ciri khasnya


FASE PERTUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN

=====================================
Setelah segera dideklarasikan, PIM di bawah kepemimpinan M Iqbal (FPSI) melakukan banyak manuver politik internal maupun ekternal. Ditengah kondisi dakwah kampus yang belum begitu mapan, PIM segera mengkonsilidasikan kader untuk berbenah maghadapi pemilu pertama dengan system kepartaian di IAIN. Euphoria kampus yang masih diselimuti semangat reformasi menamah motivasi PIM untuk turut menambah warna dalam pelani kehidupan aktivisme mahasiswa IAIN yang sudah begitu berwarna.


Ciri politik kampus saat itu masih didominasi dengan nuansa intelektualisme yan kental. Tidak heran, sebagian besar kandidat presiden mahasiswa yang diusung partai-partai dalam pemilu pertama berasal dari lembaga studi. Seperti presma terpilih, Burhanudin dari PARMA, yang merupaka pentolan FORMACI. Tak ketinggalan, PIM kemudian mengusung saudara Salman (FSH/Pidana Islam) sebagai calon Presma IAIN.Secara structural, salman adalah ketua UKM HIQMA saat itu. Selain itu, kapasitas intelektualnya mencapai level tertinggi dengan stutus IPK-nya yang Suma Cum Laude. Walaupu pada pemilu, secara kuantitas suara PIM masih sangat sedikit (256 Suara), tetapi maneuver mengangkat mahasiswa terbaik IAIN saat itu menjadi kandidat Presma merupakan catatan kepiawaian polotik PIM yang diakui oleh seluruh elemen politik kampus.


Tahun kedua kepemimpinan M.Iqbal (Menjabat dua periode, 2000-2002), PIM mulai menggeliat. Persiapan Pemilu berikutnya diupayakan lebi maksimal. M.Sabeth Abilawa (FSH/PS) salah satu pelopor PIM, diusung menjadi kandidat presma IAIN. Mengusung sabeth pada saat itu merupakan pilihan terbaik. Secara usai ia telah cukup matang, telah menikah serta berpengalaman studi di kampus lain (UI). Alhasil, dengan ditopang oleh kinerja optimal seluruh kader dan simpatisan, suara PIM mengingat meningkat menjadi 586 suara. Kondisi politik kampus saat itu ditandai dengan kemenangan suara Wildan Syahdzily yang diusung PPM. Maka kampus pun berubah warna menjadi biru tua.


Begitu pulan dengan PIM yang mengakhiri kepemimpinan “rezim” M.Iqbal. Musyawarah Universitas (MU) pertama PIM tahun 2002 digelar dengan kondisi yang begitu sederhana, namun sarat makna. Tongkat estafet kepemimpinan beralih kepada suara Reza Mulady Fauzan (FST/TI) yang merupakan mantan ketua BEM Fakultas Konversi (Cikal bakal FST dan FEIS saat ini). Setelah melalui seluruh tahapan pemilu, Suara PIM mendekati angka 1000, tepatnya 872 Suara. Adapun PPM berhasil melanjutkan kemenangannya melalui saudara M. Affifudin. Beberapa saat setelah itu, PIM berhasil menempatkan saudara Ash-Sunny M.Wate sebagai ketua DPMU.


Selain itu, pada periode iniPIM telah menancapkan kekuasaannya di tingkat fakultas dan jurusan. Tercatat saudara Luthfi Burhanuddin sebagai ketua BEM FST, Yudistira di BEM FEIS dan Rusydi Sholihan di BEM FDI. Pada proses pengembangan organisasi partai, kelahiran bulletin PIONEER sebagai corong wacana menjadi momentum inovasi PIM. Bahkan dalam spectrum yang lebih luas, PIM turut menjadi motor dalam aksi menuntut pemilihan rektor langsung serta menuntt transparasi penggunaan dana ZIS yang kebijakannya dikeluarkan oleh rektorat. PIM pun turut berperan dalam wacana politik nasional dengan turut dalam aksi kenaikan BBM dan TDL Listrik bersama BEM se-Jabotabek.


Ash- Sunny M. Waste terpilih sebagi ketua DPP PIM baru menggantikan Reza Milady Fauzan Dalam MU II PIM tahun 2003. Figur Saudara Sunny yang sebelumnya dikenal sebagai ketua DPMU menjadi nilai plus posisi tawar PIM dalam konstelasi politik kampus. Berbagai maneuver yang dilakukannya semakin menempatkan PIM sebagai partai yang paling “mengancam” saat itu. Manuver PIM mengusung M.Iqbal sebagai capres BEMU adalah salah satunya. Namun demikian, pemilu PIM kali ini ditandai dengan persaingan ketat antara saudara Danny dari LS-ADI yang diusung oleh partai progressive dengan Jejen Zainal muttaqin dari FORMACI yan di usung PARMA/. Namun, hasil pemilu ternyata menghasilkan kejutan besar dengan terpilihnya saudara Sam’ani (PPM) sebagai presma BEMU. Adapun untk pertama kalinya, capres PIM menempati posisi ke empat dibawah PPM, PARMA dan Progressive.


Tetapi di sisi lain, PIM berhasil menempatkan Reza Milady Fauzan sebagai ketua KMU. Jihad Akbar diketuai BEM FDI, dan Fahri diketua BEM FST serta beberapa BEM jurusan. Secara structural sebagai PIM menunjukkan inovasinya dengan mengadakan POLTRAN (political training) sebagai sarana pengkaderan. Serata SESPOLIm (Sekolah Politik Intelektual Muslim) sebagai sarana pendidikan politik kader.


EPISODE TRIBULASI

==================
Dengan menghadapi tantanganpolitik kampus yang semakin dinamis, kepemimpinan PIM berpindah kepada saudara Ramdan Muhaimin. Sebelumnya beliau adalah wakil ketua DPMU. Para periode inilah, PIM menghadapi Tribulasi Perpecahan dan Penurunan kinerja Partai. Berawal dari perdebatan mengusung capres BEMU antara figure Asy-Syuni M. Waste dengan Reza Milady Fauzan. Akhirnya, setelah melalui berbagai proses dan tahapan serta dengan bumbu baikot dari elemen pertama pendukung partai. Saudara Sunny diusung PIM sebagai capres BEMU. Ekses dari tribulasi ini adalah minimnya dukngan terhadap PIM sehingga suara PIM ditingkat BEMU menurun dikisaran 700an suara. Pemulu kali ini juga ditandai runtuhnya dominasi PPM selama 3 tahun berturut-turut. Ditandai dengan terpilihnya saudara Faisal Anwar (PARMA) sebagai presma BEMU. Namun demikian, PIM masih berhasil menempatkan saudara Yani Hamdani (FDI) sebagi ketua DPMU serta Vera sebagai ketua BEM FEIS.


FASE KEBANGKITAN

===============
Setelah 1 periode berada dalam proses perpecahan, dimulailah era revitalisasi dan reformasi partai. Dimulai dengan menggelar MU VI PIM yang kemidian memilih saudara Solihin Rusydi sebagai ketua DPP<>
Parade keberhasilan PIM yang hamper menembus angka 2000 suara masih ditambah dengan terpilihnya Agung Supriyadi sebagaiketua KMU dan penguasaan terhadap 4 BEM fakultas. Fikrul Ghifari sebagi ketua BEM FST, Zainuddin BEM FPsi, Adi Rohadi BEM FKIK serta Syukron di BEM FEIS. Serta beberapa BEM jurusan. Serta merta dengan gerbong kekuaaa tersebut, PIM mencuat sebagai Rival yang sangat ditakuti oleh PARMA selaku penguasa BENU saat itu.


PIM 7th Anniversary 2006 juga menjadi terobasan paling inivatif yang dilakkan PIM pada tahun itu. Even besar yang acara utamanya adalah UIN book fair tersebut mampumenyedot perhatian luas public Civitas akademika UIN Jakarta. Selain itu,pada eriode ini News Letter PIONEER kembali diidupka dengan format barunya.


Nabil Ahmad Fauzi kemudian terpilih sebagai ketua DP PIM melanjutkan kepemimpinan Solihin Ruisydi yang kemudian menjabat ketua MPP PIM.Bermodalkan sederet gerbong eksekutif da legislative tersebut, DPP PIM mulaimelakukan maneuver menghadapi pemilu berikutnya. Tanda-tanda ketidakberesan kepemimpinan Adi Hasan selaku presma BEMU sudah dimulai ketika hancurnya struktur kepengurusan BEMU. Adi Hasan berubah menjadi sekedar symbol yan dipertahankan dengan penompang ang keropos. Sampai kemudian PARMA selaku penyokongnya menarik dukungan terhadap kepemimpinanya. Klimaksnya adalah ketidakmampuan BEMU untuk menyelengarakan PEMILU pada bulan juni. Namun disisi lain, ini juga merupakan awal dari kegagalan PIM beserta elemen politik kampus lainnya dalam menjada periode SG UIn Jakarta secara normal. Akhirnya, setelah melalui berbagai proses politik, pemilu baru dapat digelar pada tanggal 12-13 september 2006.


Proses yang tidak normal ini juga berpengaruh [pada kondisi internal PIM dengan berbagai adaptasi, Persiapan semaksimal mungkin dan banyak kekurangan, PIM maju menyokong Musthofa Makhdor (FUF) sebagai calon presma BEM UIN Jakarta 2006. Dengan keyakinan tinggi, PIM maju sendiri mengusung mantan ketua umum KAMMI UIN Jakarta ini. Menjelang detim akhir pemilu, sempat terjadi maneuver politik yang berbuah dukungan segabiah mahasiswa ekstensi yang ditandai dengan koalisi musthofa dengan Jenny Achonk (FUF/Eks). Namun demikian, hasil pemil menunjukkan hasil yang menurun secara kuantitas. Target melampau perolehan 1925 suara tahun lalu gagal tercapai. PIM hanya mampu mencapai 1600an suara. Adapun Syukron Jama (FITK) yang diusung PPM secara mengejutkan mampu mengalahkan Dedi Muhdi (FITK) yang diusung PARMA dengan suara yang jauh melampauiya.


Indikasi penurunan hasil pemilu sebenarnya sudah tampak dari hasilpemilu BEM fakultas, dimana target mempertahankan 4 BEMF ternyata gagal. PIM hanya mampu mempertahankan BEM FST dan BEM FEIS, namun gagal di BEM FPsi dan BEM FKIK. Ditingkat BEM jurusanpun PIM kehilangan BEMJ IPI FAH. Namum, IM masih mampu berperan dalam politik kampus dengan berhasil menempatkan Adi Rohadi (FKIK) sebagai ketua DPMU. Disisa masa kepengurusannya, PIM menempatkan visi politiknya untuk menormalisasi periodesasi SG UIN Jakarta kembali pada Khittahnya di bulan juni.


Pada pelaksanaan MU VIII PIM, terpilihlah Adi Rohadi sebagai pelanjut tongkat kepemimpinan DPP PIM bersama Imam HK sebagai Ketua MPP PIM 2007-2008. Episode MU kali ini menjadi sangat special ditandai dengan Vonis penolakan terhadap LPJ kepemimpinan Nabil Ahmad Fauzi. Adapun penolakan LPJ ini merupakan hal yang pertama kali terjadi dalam sejarah PIM. Dengan demikian, PIM telah menempatkan dirinya dalam proses menuju pendewasaan organisasi. Berpijak kepada keberanian menilai secara objektif kinerja kepengurusan partai. Tugas ini kemudian edang diperankan PIM dibawah kepemimpinan baru Adi Rohadi. Pada pelaksanaan MU IX PIM struktur DPP PIM (Dewan Pimpinan Pusat) berubah menjadi Dewan Presedium Pusat yang Cuma berisi badan pelaksanan harian sebanyak 10 orang dan juga fungsi MPP dihilangkan karena sudah tergabung kedalam fungsi DPP (Dewan Presedium Pusat) Pada MU kali ini maka berdasarkan keputusan siding terpilihlah saudara Hisnu Sobar sebagai Ketua DPP yang baru periode 2008-2009 menggantikan saudara Adi Rohadi.


“Kelokan PIM terkadang membuat orang terlena dan terpana pada apa yang ia lihat, dan ketidakindahan PIM pun terkadang membuat orang enggan meliriknya bahkan mau menutup mata dari apa yang ia lihat”


“Keindahan PIM sebenarnya hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang mengerti akan arti perjuangan dan pengorbanan, dan tak seorangpun yang bisa melihat apa yang indah dari PIM sebelum ia membersihkan mata penglihatannya itu dari kotoran dan debu kemaksiatan”
(alm. Rusydi Sholihan. Pejuang PIM yang pernah menjadi ketua BEM FDI 2002 dan ketua Fraksi PIM 2003)


MARS PIM


Berbekal Qur’an suci dan sunnah nabi
Tak peduli walau menjemput mati
Melawan kedzoliman dan kekufuran
Majulah wahai…….jiwa muslim sejati
Ingkirkan ketamakan dan kedzoliman
Kiprah diri berdedikasi
Maju serentak mantap azzam nan kuat
Dibawah naungat takbir…..
Intelektual muslim berjalan…..


SUMBER TULISAN
Makalah Reza Milady Fauzan (Ketua KMU 2003-2004), judul:Student Government UIN Jakarta
Buletin PIONEER edisi April 2004
Majalah Institute LPM Intitute UIN Jakarta edisi tahun 2002
LPJ DPP PIM 2002
LPJ DPP PIM 2003
LPJ DPP PIM 2004
LPJ DPP PIM 2005
LPJ DPP PIM 2006
Sumber lainnya

Seja o primeiro a comentar

Followers

PEMIRAwatch © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO