Rabu, 17 Desember 2008

update hasil perhitungan suara

untuk melihat hasil perhitungan suara terbaru klik disini.

note:
PEMIRA kampus UIN yang sama-sama kita cintai ini memang tengah dirundung ketidakjelasan. semoga apa-apa yang samar menjadi terang kembali. amin. semangat teman-teman. Hidup Mahasiswa!!

Sabtu, 06 Desember 2008

Kejutan-Kejutan di PEMIRA


Perhitungan suara untuk eksekutif memang sudah dilakukan sejak pemilihan selesai dilaksanakan. Namun perhitungan belum sepenuhnya selesai, kabarnya banyak kasus yang terjadi. Dan sementara perhitungan dihentikan, kotak-kotak suara yang ada diamankan di kantor POLSEK Ciputat.
Namun, terlepas dari belum selesainya perhitungan bagi beberapa jurusan dan fakultas, ada juga kejutan-kejutan yang mewarnai PEMIRA UIN tahun ini. Sebagai contoh Fakultas Psikologi dan Fakultas Dirosah Islamiyah berhasil dimenangkan oleh Partai Persatuan Mahasiswa (PPM) setelah sebelumnya dipegang secara bergantian oleh Partai Reformasi Mahasiswa (PARMA) dan Partai Intelektual Muslim (PIM). Begitu juga dengan jurusan Perbankan Syariah, kali ini PARMA berhasil mengambil alih kepemimpinan di salah satu jurusan paling favorit di UIN itu. Sementara kedudukan suara di FEIS masih seri antar Partai Intelektual Muslim dan PPM. Berikut adalah data hasil perhitungan suara yang berhasil dikumpulkan oleh tim pemirawatch.

Untuk melihat hasil perhitungan suara sementara, bisa klik disini.

Jumat, 05 Desember 2008

SLIDE SHOW FOTO PEMIRA UIN 08/09



untuk melihat slide show foto-foto PEMIRA silahkan klik di foto sebelah atau DISINI...


Kaki-kaki Yang Berdiri Saat PEMIRA


Ditulis oleh salah seorang pengamat politik kampus UIN. tulisan ini juga dimuat di blognya di blogspot dan wordpress.

Akhirnya saya datang juga ke kampus ketika pemilihan eksekutif berlangsung pada Kamis (4/12) kemarin. Setelah sebelumnya tidak datang selama hampir sepekan. Sehingga ketika itu pun saya tidak merasakan suasana ketegangan kampus menjelang PEMIRA seperti Debat capres BEMU dan panas-dinginnya situasi koalisi antar partai kampus.
Ketika pencoblosan kemarin, kampus cukup ramai, meski nuansa kampus –khususnya sospol- tidak seramai tahun-tahun sebelumnya. Saya punya analisa bahwa mahasiswa pada tahun ini tidak memiliki antusias yang sama terhadap politik kampus. Sehingga animo (dilihat dari nuansa kampanye, berkurangnya peserta PEMIRA, dll) mahasiswa dirasakan menurun.
Yang namanya perpolitikan pasti diselimuti ketegangan-ketegangan yang menimbulkan emosi dan kelakuan-kelakuan yang bersifat provokasi. Seperti itu juga yang terjadi pada politik kampus di UIN Jakarta. Banyak artikel-artikel sesat dan menyesatkan yang bertebaran di tataran mahasiswa khususnya yang berstatus pemilih sejati. Seperti yang saya ungkapkan tadi, artikel-artikel tersebut berisi penudingan dan isu-isu yang sengaja diangkat dan dihubung-hubungkan. Dan yang menjadi objek penderita penudingan isu-isu tersebut tidak hanya satu partai dan satu capres saja, namun hampir seluruh pihak peserta PEMIRA. Dan info, saya berhasil mengumpulkan 4 selebaran (ada yang bilang sebenarnya lebih dari itu) yang berbeda-beda.
Saya sedikit tertawa, ini salah satu hal paling lucu yang saya lihat dan rasakan. Saya jadi berpikir tentang realita dan fakta dari apa-apa yang pernah saya baca. Salah satunya buku karya Dr. Ahmad Naufal yang berjudul PERANG ISU DALAM ISLAM terbitan Pustaka Mantiq. Dalam buku itu dijabarkan perihal mengenai isu, mulai dari definisi hingga faktor-faktor penyebab terjadinya isu. Saya menjadi mencoba menganalisa kejadian yang ada di kampus UIN ini sesuai dengan teori yang ada dalam buku tsb. Dan kesimpulannya, tersebarnya dan terjadinya isu-isu ini sudah memenuhi faktor-faktor yang ada, yakni ada si-penyebar alias provokator dan ada pihak yang siap menerima dan menyebarkan (kebanyakan pihak ini ialah pihak yang menjadi alat). Maka dari itu, saya hanya mencoba bersikap menjadi ‘viewer’ alias pemantau. It’s not only waiting and seeing, but also analyzing.
Dan terlepas dari itu semua, saya hanya berharap PEMIRA di kampus peradaban ini berlangsung lancar dan tertib. Meski ada simpang siur tidak akan berumur panjang sistem Student Government di kampus ini (kalo emang benar begitu selamat datang deh senat! ^_^).

Selasa, 02 Desember 2008

Nyoblos: Penting ga sih?

Apakah teman-teman tau jika pada bulan terakhir di tahun 2008 ini akan diadakan PEMIRA alias Pemilihan Umum Raya? Jika ya, berarti wawasan teman-teman tentang kondisi kampus cukup bagus. Jika tidak, Tanya kenapa! Lho kenapa harus bertanya kepada kenapa? Ya harus, karena itu artinya sense of belonging teman-teman terhadap kampus sendiri cukup minim. Karena jika seorang mahasiswa cinta kampusnya, apa pun yang terjadi dengan kampusnya pasti akan tahu dan paham.

Lalu, bagaimana dan apa itu PEMIRA? Cukup banyak sebenarnya komentar miring tentang kampanye dan PEMIRA yang ada di kampus kita ini. Mulai dari komentar dosen soal berisiknya kampanye yang seringnya terjadi ketika perkuliahan berlangsung. Juga banyaknya yang menganggap kampanye dan PEMIRA yang berlangsung rutin tiap tahun ini merupakan hal yang tidak penting. Miris juga mendengar anggapan seperti itu. Kenapa juga hal semacam PEMIRA yang sah dan jelas-jelas tertera dalam undang-undang kekampusan dan juga jelas-jelas diakui oleh civitas akademika kampus kita ini dipandang sebelah mata oleh beberapa pihak, termasuk dari mahasiswa sendiri.

Teman-teman, PEMIRA itu ialah bagian dari pembelajaran kita. PEMIRA itu ialah mata kuliah non sks. Meski sepertinya menghabiskan waktu hanya untuk berkampanye, berkeringat menjadi tim sukses dan bahkan hanya sekedar menyoblos, namun semua itu ialah hal-hal yang mesti juga dipelajari. Tidak ada pembelajaran tentang PEMIRA dan Student Government di kampus lain selain di kampus kita dan beberapa kampus yang juga menggunakan sistem SG lainnya. Jadi mengapa harus menganggap tidak penting? Karena PEMIRA ialah bagian dari pembelajaran demokrasi dan kemandirian mahasiswa dalam sebuah pemerintahan mini.

Dari sekian banyak jumlah mahasiswa, memang tidak semua kebagian dalam satu posisi. Maksudnya, tidak semua mahasiswa menjadi bagian dari partai, KPU, P3U atau bahkan capres yang nantinya akan dipilih. Namun dan tentu pastinya ada mahasiswa yang mengambil bagian dalam posisi penyoblos sejati. Mahasiswa dengan posisi ini mengambil bagian porsi paling besar, meski ada juga mahasiswa apatis yang tidak mau tahu dengan kondisi ini. Dan terlepas dari itu, semua posisi ini memegang peranan penting dalam keberlangsungan PEMIRA. Dan semua mempunyai manfaat dan tujuan yang sama yakni terjadinya perubahan kampus ke arah yang lebih baik.
Ya, itulah sebenarnya tujuan PEMIRA, menuju perubahan yang lebih baik. Mungkin sebagian dari kita tidak begitu suka aktif dalam kepartaian mahasiswa, ikut menjadi tim KPU dan P3U atau tidak mau menjadi capres dan cawapres. Tapi kita masih bisa menunjukkan kepedulian kita untuk kampus tercinta dengan cara ikut menyoblos pada saat pemilihan yang berlangsung 2-4 Desember 2008 nanti. Karena satu suara dari kita sangat berpengaruh. Dan pilihan yang kita ajukan pun sama bobotnya dengan perubahan yang kita suarakan.[

Berani Menduduki BEMU = Berani Melayani Kampus

Di setiap PEMIRA yang diadakan di kampus kita setiap tahunnya selalu ada beberapa kategori pemilihan. Mulai dari kategori legislative yakni DPMJ, DPMF, DPMU. Dan kategori eksekutif yakni BEMJ, BEMF dan BEMU. Posisi tertinggi untuk wilayah eksekutif ialah BEMU atau Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas. Ya, seluruh mahasiswa sudah mengerti pastinya. BEMU ialah wadah penting, ia adalah ujung tombak dari wilayah organisasi kemahasiswaan suatu kampus. Jika BEMU terlihat melempem, maka bisa dipastikan ada komentar miring bahwa organisasi internal kampus tersebut juga melempem.

Tugas BEMU tidak hanya mengikuti apa katak atasan alias rektorat. Tidak juga Cuma mengerjakan proyek-proyek yang berorientasi kepada kepentingan pribadi. Karena BEMU bukan milik pribadi atau golongan yang dengan seenaknya bisa dipakai atau diterlantarkan. Dua tahun belakangan ini kepemimpinan BEMU sangat tidak terasa bekasnya bagi mahasiswa. Contoh yang paling terlihat ialah dengan seringnya kantor BEMU tutup dan sepi. Sehingga mahasiswa yang lewat pun bertanya-tanya, apakah kita punya BEMU? Atau begini, siapa sih presiden BEMU-nya? Kok BEMU engga pernah ada acara ya buat mahasiswa? Kok BEMU kita ga pernah ada partisipasinya ya di wilayah BEM Se-Jadebotabek atau nasional? Kalaupun ada, kenapa mahasiswa tidak pernah dengar kabarnya. Lalu, kemana BEMU kita??

Berani mencalonkan diri sebagai presiden BEMU berarti siap melayani kampusnya. Siap melayani teman-temannya sesama mahasiswa. Siap menampung aspirasi mahasiswa dan siap menyampaikannya kepada pihak rektorat. Jangan lantas ketika sudah terpilih dan didaulat sebagai generasi BEMU yang baru, amanah yang sudah terdaftar rapi malah diabaikan. Kantor tertutup rapat dan sepi. Terasnya kotor dengan berbagai sampah bekas makanan dan minuman, juga tapak-tapak sepatu yang berwarna coklat dan hitam. Karena jika generasi BEMU baru nanti masih bersikap sama saja dengan yang lalu, berarti ia telah bersikap zholim kepada teman-temannya sendiri sesama mahasiswa. Ia telah membodohi mahasiswa dengan mematikan diri dari fungsi BEMU dan mematikan pembelajaran politik terhadap mahasiswa. Mahasiswa yang apatis akan semakin apatis dan tidak percaya dengan Student Government, apalagi rektorat yang secara langsung terhubung dengan BEMU.
Memang, dalam pendudukan BEMU tahun ini dibutuhkan orang yang berani dan teruji dalam berbagai hal. Dibutuhkan orang yang punya pengalaman cukup dalam organisasi dengan back-up yang cukup juga. Jangan asal mencalonkan diri hanya dengan modal pendukung banyak. Miris sekali. Apalagi jika pendukungnya itu tidak bertanggung jawab dengan meninggalkan yang diusungnya. Ya, hal ini memang sering terjadi. Maka buat teman-teman yang mengaku sebagai mahasiswa yang bertanggung jawab dan peduli akan nasib kampusnya, disarankan untuk tidak asal pilih mentang-mentang yang menjadi capres BEMU ialah saudara sendiri, pacar sendiri, atau bahkan calon kakak ipar sendiri. Bersikap objektif itu lebih baik.

Sabtu, 22 November 2008

kantor KPU menjelang KAMPANYE & PEMIRA

Kantor KPU yang menempati kantor BEMU yang selama ini jarang digunakan, terlihat sepi. Padahal minggu-minggu ini ialah minggu-minggu yang menegangkan bagi para peserta PEMIRA di kampus UIN Syarif Hidayatullah.

Selasa, 18 November 2008

wawancara dengan Adi Rohadi


Kru PEMIRAwatch berhasil menemui Adi Rohadi, Capres BEMU dari Partai Intelektual Muslim pada Selasa (18/11). berikut adalah petikannya.

PEMIRAwatch (PW): Sudah punya feeling sebelumnya kalau akan dicalonkansebagai Capres BEMU tahun ini?

Adi Rohadi (AR): Setiap orang yang dicalonkan oleh PIM dalam bursa Capres PIM punya peluang untuk jadi Capres PIM. Termasuk saya.


PW: lalu apa yg membuat anda bersedia menjadi capres untuk BEMUdari PIM?

AR : Tanggung jawab moral. Karena PIM hadir di kampus UIN tercinta untuk memberikan warna tersendiri bagi kampus ini. Bisa dilihat bagaimana ketika lembaga formal dipimpin oleh kader PIM. Selain itu juga, saya dibesarkan oleh PIM mulai dari Ketua BEM FKIK, Ketua DPM UIN, Ketua DPP PIM.


PW: visi dan misi anda untuk UIN jika anda berhasil menjadi Presma?

AR : Menjadikan BEM UIN HEBAT



  • Harmonis


  • Edukatif


  • Berwibawa


  • Akrab


  • Totalitas

PW: kelebihan apa yang anda miliki yang membuat anda pantas untuk dipilih?

AR : Saya memiliki penglaman dan jaringan yang cukup luas.

1. Saya pernah menjadi Ketua BEM FKIK pada semester 3

2. Saya pernah memimpin DPM UIN pada semester 5

3. Saya pernah menjadi ketua BP BUDGETING pada semester 5

4. Saya pernah menjadi salah satu pengurus UKM pada semester 5

5. Saya dipercaya untuk memimpin DPP PIM pada semester 7

6. Saya dipercaya menjadi Kordinator HUMAS BEM SI (Seluruh Indonesia) pada semester 8

Berbekal pengalaman saya baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Saya merasa mampu untuk menjadi UIN 1.

Seputar Kelahiran Partai Intelektual Muslim


Oleh : Nabil Ahmad Fauzi (Ka.DPP PIM 2006-2007)


Sejarah kelahiran Partai Intelektual Muslim (PIM) memang belum terbukukan sampai saat ini. Tetapi setidaknya, sejarah ini masih dapat terselamatkan sebagaimana versi sejarah yang sering disampaikan oleh para founding father’s PIM dalam berbagai kesempatan, hal tersebut cukup memberikan gambaran, setidaknya secara minimal kelahiran partai ini. Namun demikian, salah satu factor yang mampu mempengaruhi tingkat loyalitas dan semangat perjuangan para personel partai adalah sejauh mana pengetahuan dan pemahaman terkait dengan sejarah dan makna kelahiran partai. Keterpusatan terhadap sejarah organisasi, dalam batas tertentu, dapat menciptakan krisis sense of belonging para pengurus dan kader partai.


Berdasarkan versi founding father’s serta beberapa literature internal partai, sejarah kelahiran PIM bermula dari pembicaraan santai para aktivis masjid IAIN (LDK angkatan 1999) yang sedang melakukan kerja bakti membersihkan mesjid Al Jamiah. Kebetulan konteks aat itu student government (SG) IAIN Jakarta sedang hangat-hangatnya. Bahkan mealui perubahan AD-ART KBM IAIN saat itu yang memberlakukan system kepartaian, telah muncul partai-partai politik yang disokong oleh berbagai element mahassiwa.
Dalam pembicaraan santai tersebut, munculah ide dan gagasan untuk membentuk partai kampus yang bernama partai Inteletual muslim (PIM), akhirnya nama PIM mendapat respon paling positif, sekalipun belum menjadi kesepakatan. Oleh karena usuislan membenmtuk partai kampous itupun masih debatable. Banyak pertimbangan yang harus diambil sbelum memutuskan pendirian PIM. Munciul pro dan kontra terkait hal ini. Berbagai suara optimis mauopun yang pesimistis muncul. Suara-suara pesimis berpijak pada pertimbangan masih minimnya SDM Kader, kekhawatiran terpecahnya konsentrasi kader sehingga kahawati terbengkalainya LDK dan kekhawatiran terpolitissasinya LDK. Kubu optimis merasa partai kamous merupakan sarana dan upaya melebarkan sayap dakwah di kampus yang sangat menjanjikan. Disampinng itu, keberadaan partai dalam dakwah kamopus merupakan implementasi riil dari syummuliyaul IslamI itu sendiri. Selain sebagain sarana pembelajaran politik bagi kader.


Dengan dimotori para kader (yang sebagian masih semester 2 saat itu) seperti Tresno Yudho Prabowo, M Iqbal, Abdul Aziz (ketua KAMMI UIN pertama), Ida Cholida dan lainnya, wacan pembentukkan partai kampus semakin menguat. Setelah melalui berbagai proses, tahapan dan pertimbangan oleh para pemegang kebijakan dakwah kampus sat itu . maka, dengan Bismillah pada tanggal 15 Maret 2000 dideklarasikanlah PIM sebagai bagian dari dakwah kamopus serta bagian dari kehidupan politik mahasiswa IAIN sanmpai dengan ssaat ini. Sejak awal partai toga (julukan PIM , karena lambang partainya) mengusung politik yang bermoral sebagai visi politiknya. Tidak heran sejak kemunculannya PIM telah menarik perhatian luas mahasiswa dengan berbagai ciri khasnya


FASE PERTUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN

=====================================
Setelah segera dideklarasikan, PIM di bawah kepemimpinan M Iqbal (FPSI) melakukan banyak manuver politik internal maupun ekternal. Ditengah kondisi dakwah kampus yang belum begitu mapan, PIM segera mengkonsilidasikan kader untuk berbenah maghadapi pemilu pertama dengan system kepartaian di IAIN. Euphoria kampus yang masih diselimuti semangat reformasi menamah motivasi PIM untuk turut menambah warna dalam pelani kehidupan aktivisme mahasiswa IAIN yang sudah begitu berwarna.


Ciri politik kampus saat itu masih didominasi dengan nuansa intelektualisme yan kental. Tidak heran, sebagian besar kandidat presiden mahasiswa yang diusung partai-partai dalam pemilu pertama berasal dari lembaga studi. Seperti presma terpilih, Burhanudin dari PARMA, yang merupaka pentolan FORMACI. Tak ketinggalan, PIM kemudian mengusung saudara Salman (FSH/Pidana Islam) sebagai calon Presma IAIN.Secara structural, salman adalah ketua UKM HIQMA saat itu. Selain itu, kapasitas intelektualnya mencapai level tertinggi dengan stutus IPK-nya yang Suma Cum Laude. Walaupu pada pemilu, secara kuantitas suara PIM masih sangat sedikit (256 Suara), tetapi maneuver mengangkat mahasiswa terbaik IAIN saat itu menjadi kandidat Presma merupakan catatan kepiawaian polotik PIM yang diakui oleh seluruh elemen politik kampus.


Tahun kedua kepemimpinan M.Iqbal (Menjabat dua periode, 2000-2002), PIM mulai menggeliat. Persiapan Pemilu berikutnya diupayakan lebi maksimal. M.Sabeth Abilawa (FSH/PS) salah satu pelopor PIM, diusung menjadi kandidat presma IAIN. Mengusung sabeth pada saat itu merupakan pilihan terbaik. Secara usai ia telah cukup matang, telah menikah serta berpengalaman studi di kampus lain (UI). Alhasil, dengan ditopang oleh kinerja optimal seluruh kader dan simpatisan, suara PIM mengingat meningkat menjadi 586 suara. Kondisi politik kampus saat itu ditandai dengan kemenangan suara Wildan Syahdzily yang diusung PPM. Maka kampus pun berubah warna menjadi biru tua.


Begitu pulan dengan PIM yang mengakhiri kepemimpinan “rezim” M.Iqbal. Musyawarah Universitas (MU) pertama PIM tahun 2002 digelar dengan kondisi yang begitu sederhana, namun sarat makna. Tongkat estafet kepemimpinan beralih kepada suara Reza Mulady Fauzan (FST/TI) yang merupakan mantan ketua BEM Fakultas Konversi (Cikal bakal FST dan FEIS saat ini). Setelah melalui seluruh tahapan pemilu, Suara PIM mendekati angka 1000, tepatnya 872 Suara. Adapun PPM berhasil melanjutkan kemenangannya melalui saudara M. Affifudin. Beberapa saat setelah itu, PIM berhasil menempatkan saudara Ash-Sunny M.Wate sebagai ketua DPMU.


Selain itu, pada periode iniPIM telah menancapkan kekuasaannya di tingkat fakultas dan jurusan. Tercatat saudara Luthfi Burhanuddin sebagai ketua BEM FST, Yudistira di BEM FEIS dan Rusydi Sholihan di BEM FDI. Pada proses pengembangan organisasi partai, kelahiran bulletin PIONEER sebagai corong wacana menjadi momentum inovasi PIM. Bahkan dalam spectrum yang lebih luas, PIM turut menjadi motor dalam aksi menuntut pemilihan rektor langsung serta menuntt transparasi penggunaan dana ZIS yang kebijakannya dikeluarkan oleh rektorat. PIM pun turut berperan dalam wacana politik nasional dengan turut dalam aksi kenaikan BBM dan TDL Listrik bersama BEM se-Jabotabek.


Ash- Sunny M. Waste terpilih sebagi ketua DPP PIM baru menggantikan Reza Milady Fauzan Dalam MU II PIM tahun 2003. Figur Saudara Sunny yang sebelumnya dikenal sebagai ketua DPMU menjadi nilai plus posisi tawar PIM dalam konstelasi politik kampus. Berbagai maneuver yang dilakukannya semakin menempatkan PIM sebagai partai yang paling “mengancam” saat itu. Manuver PIM mengusung M.Iqbal sebagai capres BEMU adalah salah satunya. Namun demikian, pemilu PIM kali ini ditandai dengan persaingan ketat antara saudara Danny dari LS-ADI yang diusung oleh partai progressive dengan Jejen Zainal muttaqin dari FORMACI yan di usung PARMA/. Namun, hasil pemilu ternyata menghasilkan kejutan besar dengan terpilihnya saudara Sam’ani (PPM) sebagai presma BEMU. Adapun untk pertama kalinya, capres PIM menempati posisi ke empat dibawah PPM, PARMA dan Progressive.


Tetapi di sisi lain, PIM berhasil menempatkan Reza Milady Fauzan sebagai ketua KMU. Jihad Akbar diketuai BEM FDI, dan Fahri diketua BEM FST serta beberapa BEM jurusan. Secara structural sebagai PIM menunjukkan inovasinya dengan mengadakan POLTRAN (political training) sebagai sarana pengkaderan. Serata SESPOLIm (Sekolah Politik Intelektual Muslim) sebagai sarana pendidikan politik kader.


EPISODE TRIBULASI

==================
Dengan menghadapi tantanganpolitik kampus yang semakin dinamis, kepemimpinan PIM berpindah kepada saudara Ramdan Muhaimin. Sebelumnya beliau adalah wakil ketua DPMU. Para periode inilah, PIM menghadapi Tribulasi Perpecahan dan Penurunan kinerja Partai. Berawal dari perdebatan mengusung capres BEMU antara figure Asy-Syuni M. Waste dengan Reza Milady Fauzan. Akhirnya, setelah melalui berbagai proses dan tahapan serta dengan bumbu baikot dari elemen pertama pendukung partai. Saudara Sunny diusung PIM sebagai capres BEMU. Ekses dari tribulasi ini adalah minimnya dukngan terhadap PIM sehingga suara PIM ditingkat BEMU menurun dikisaran 700an suara. Pemulu kali ini juga ditandai runtuhnya dominasi PPM selama 3 tahun berturut-turut. Ditandai dengan terpilihnya saudara Faisal Anwar (PARMA) sebagai presma BEMU. Namun demikian, PIM masih berhasil menempatkan saudara Yani Hamdani (FDI) sebagi ketua DPMU serta Vera sebagai ketua BEM FEIS.


FASE KEBANGKITAN

===============
Setelah 1 periode berada dalam proses perpecahan, dimulailah era revitalisasi dan reformasi partai. Dimulai dengan menggelar MU VI PIM yang kemidian memilih saudara Solihin Rusydi sebagai ketua DPP<>
Parade keberhasilan PIM yang hamper menembus angka 2000 suara masih ditambah dengan terpilihnya Agung Supriyadi sebagaiketua KMU dan penguasaan terhadap 4 BEM fakultas. Fikrul Ghifari sebagi ketua BEM FST, Zainuddin BEM FPsi, Adi Rohadi BEM FKIK serta Syukron di BEM FEIS. Serta beberapa BEM jurusan. Serta merta dengan gerbong kekuaaa tersebut, PIM mencuat sebagai Rival yang sangat ditakuti oleh PARMA selaku penguasa BENU saat itu.


PIM 7th Anniversary 2006 juga menjadi terobasan paling inivatif yang dilakkan PIM pada tahun itu. Even besar yang acara utamanya adalah UIN book fair tersebut mampumenyedot perhatian luas public Civitas akademika UIN Jakarta. Selain itu,pada eriode ini News Letter PIONEER kembali diidupka dengan format barunya.


Nabil Ahmad Fauzi kemudian terpilih sebagai ketua DP PIM melanjutkan kepemimpinan Solihin Ruisydi yang kemudian menjabat ketua MPP PIM.Bermodalkan sederet gerbong eksekutif da legislative tersebut, DPP PIM mulaimelakukan maneuver menghadapi pemilu berikutnya. Tanda-tanda ketidakberesan kepemimpinan Adi Hasan selaku presma BEMU sudah dimulai ketika hancurnya struktur kepengurusan BEMU. Adi Hasan berubah menjadi sekedar symbol yan dipertahankan dengan penompang ang keropos. Sampai kemudian PARMA selaku penyokongnya menarik dukungan terhadap kepemimpinanya. Klimaksnya adalah ketidakmampuan BEMU untuk menyelengarakan PEMILU pada bulan juni. Namun disisi lain, ini juga merupakan awal dari kegagalan PIM beserta elemen politik kampus lainnya dalam menjada periode SG UIn Jakarta secara normal. Akhirnya, setelah melalui berbagai proses politik, pemilu baru dapat digelar pada tanggal 12-13 september 2006.


Proses yang tidak normal ini juga berpengaruh [pada kondisi internal PIM dengan berbagai adaptasi, Persiapan semaksimal mungkin dan banyak kekurangan, PIM maju menyokong Musthofa Makhdor (FUF) sebagai calon presma BEM UIN Jakarta 2006. Dengan keyakinan tinggi, PIM maju sendiri mengusung mantan ketua umum KAMMI UIN Jakarta ini. Menjelang detim akhir pemilu, sempat terjadi maneuver politik yang berbuah dukungan segabiah mahasiswa ekstensi yang ditandai dengan koalisi musthofa dengan Jenny Achonk (FUF/Eks). Namun demikian, hasil pemil menunjukkan hasil yang menurun secara kuantitas. Target melampau perolehan 1925 suara tahun lalu gagal tercapai. PIM hanya mampu mencapai 1600an suara. Adapun Syukron Jama (FITK) yang diusung PPM secara mengejutkan mampu mengalahkan Dedi Muhdi (FITK) yang diusung PARMA dengan suara yang jauh melampauiya.


Indikasi penurunan hasil pemilu sebenarnya sudah tampak dari hasilpemilu BEM fakultas, dimana target mempertahankan 4 BEMF ternyata gagal. PIM hanya mampu mempertahankan BEM FST dan BEM FEIS, namun gagal di BEM FPsi dan BEM FKIK. Ditingkat BEM jurusanpun PIM kehilangan BEMJ IPI FAH. Namum, IM masih mampu berperan dalam politik kampus dengan berhasil menempatkan Adi Rohadi (FKIK) sebagai ketua DPMU. Disisa masa kepengurusannya, PIM menempatkan visi politiknya untuk menormalisasi periodesasi SG UIN Jakarta kembali pada Khittahnya di bulan juni.


Pada pelaksanaan MU VIII PIM, terpilihlah Adi Rohadi sebagai pelanjut tongkat kepemimpinan DPP PIM bersama Imam HK sebagai Ketua MPP PIM 2007-2008. Episode MU kali ini menjadi sangat special ditandai dengan Vonis penolakan terhadap LPJ kepemimpinan Nabil Ahmad Fauzi. Adapun penolakan LPJ ini merupakan hal yang pertama kali terjadi dalam sejarah PIM. Dengan demikian, PIM telah menempatkan dirinya dalam proses menuju pendewasaan organisasi. Berpijak kepada keberanian menilai secara objektif kinerja kepengurusan partai. Tugas ini kemudian edang diperankan PIM dibawah kepemimpinan baru Adi Rohadi. Pada pelaksanaan MU IX PIM struktur DPP PIM (Dewan Pimpinan Pusat) berubah menjadi Dewan Presedium Pusat yang Cuma berisi badan pelaksanan harian sebanyak 10 orang dan juga fungsi MPP dihilangkan karena sudah tergabung kedalam fungsi DPP (Dewan Presedium Pusat) Pada MU kali ini maka berdasarkan keputusan siding terpilihlah saudara Hisnu Sobar sebagai Ketua DPP yang baru periode 2008-2009 menggantikan saudara Adi Rohadi.


“Kelokan PIM terkadang membuat orang terlena dan terpana pada apa yang ia lihat, dan ketidakindahan PIM pun terkadang membuat orang enggan meliriknya bahkan mau menutup mata dari apa yang ia lihat”


“Keindahan PIM sebenarnya hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang mengerti akan arti perjuangan dan pengorbanan, dan tak seorangpun yang bisa melihat apa yang indah dari PIM sebelum ia membersihkan mata penglihatannya itu dari kotoran dan debu kemaksiatan”
(alm. Rusydi Sholihan. Pejuang PIM yang pernah menjadi ketua BEM FDI 2002 dan ketua Fraksi PIM 2003)


MARS PIM


Berbekal Qur’an suci dan sunnah nabi
Tak peduli walau menjemput mati
Melawan kedzoliman dan kekufuran
Majulah wahai…….jiwa muslim sejati
Ingkirkan ketamakan dan kedzoliman
Kiprah diri berdedikasi
Maju serentak mantap azzam nan kuat
Dibawah naungat takbir…..
Intelektual muslim berjalan…..


SUMBER TULISAN
Makalah Reza Milady Fauzan (Ketua KMU 2003-2004), judul:Student Government UIN Jakarta
Buletin PIONEER edisi April 2004
Majalah Institute LPM Intitute UIN Jakarta edisi tahun 2002
LPJ DPP PIM 2002
LPJ DPP PIM 2003
LPJ DPP PIM 2004
LPJ DPP PIM 2005
LPJ DPP PIM 2006
Sumber lainnya

KILAS BERITA



Theather Room FST, Partai Intelektual Muslim (PIM) Akhirnya memutuskan Saudara Adi Rohadi (FKIK/KESMAS/IX) sebagai calon presiden terpilih untuk maju dalam perhelatan Akbar PEMIRA (Pemilihan Umum Raya) UIN Syahid Jakarta periode 2008/2009.



Acara Yang diadakan pada tanggal 13 November tersebut dihadiri oleh seluruh kader dan simpatisan PIM, Sebagian dari yang hadir sangat menanti-nanti acara launching capres BEMU PIM ini, tak lain karena atsmophire pemira yang sudah begitu terasa dan semakin dekat waktunya, dimana masing-masing partai siap mengusung setiap calonnya yang akan bertempur untuk memenangkan kursi eksekutif dan legislative pada tingkatan universitas, fakultas dan tingkatan jurusan. Selain launching Capres untuk tingkatan universitas, acara ini juga mengumumkan capres-cawapres untuk masing-masing fakultas. Berikut Daftar cares-cawapres PIM untuk tingkatan Fakultas :



FDI : Iyan Mulyana (FDI/7), Inayah Rahmania (FDI/5)
FEIS : Ashbah Pratama (AK/7), Iskandar Baha (AK/7)
FKIK : Hutomo, Luthfi Fauzi Ridwan
FSH : Syahid Maulana (PS/7), Budiman (PS/7)
FDK : Jefriadi (BPI/7), Heri (MD/7)
FITK : Subechan (PAI/7), Sigit Wibowo (IPA/7)
FAH : Syahru Romdhoni (BSI/7), Deden Suhendar (BSA/7)
FUF : Inke Suharni (PPI/7), Bagus (TH/9)
FST : Arya Wiratman (MTK/7), Olia Desconova Nyaman (TI/7)
Fpsi : Ade Andesa (7), Debi Agustinus (7)

[syk]

Senin, 17 November 2008

PEMIRA ... datang lagi

Akhirnya, setelah sekian lama telatnya, PEMIRA kembali diadakan bulan Desember akhir tahun 2008 ini. semoga berjalan lancar dan aman. berikut ialah jadwal up-to-date masa-masa menjelang PEMIRA di kampus kita tercinta...

  • 18 Nov : Pelatihan dan workshop PPPU
  • 19 Nov : Kontrak MOU Calom&partai, no.urut, Pengambilan jadwal kampanye&tempatnya
  • 20-23Nov : Pemasangan atribut
  • 25-27Nov : Kampanye
  • 28 Nov : Debat kandidat
  • 29Nov-1 Des : Masa tenang, copot atribut
  • 2 Des : Pemilihan Legislatif
  • 3 Des : Evaluasi dan Reses
  • 4 Des :Pemilihan Eksekutif

Followers

PEMIRAwatch © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO